Pages

Jumat, 20 Maret 2015



 

Sat cit ananda : tiada awal & akhir
Alpaka guru : menentang catur guru
Tri Mala
 adalah tiga bentuk perilaku manusia yang sangat kotor.  Terdiri dari :

1. Kasmal
a : yaitu perbuatan yang hina dan kotor.
2. Mada
: yaitu perkataan pembicaraan yang dusta dan kotor.
3. Moh
a : yaitu pikiran, perasaan, yang curang dan angkuh.
Catur Pataka
 adalah empat tingkatan dosa sesuai dengan jenis karma yang menjadi sumbernya yang dilakukan oleh manusia yaitu Pataka, Upa Pataka, Maha Pataka dan Ati Pataka. Setiap bagian Pataka ini memiliki beberapa pokok-pokok ajaran yaitu:

1. Pataka terdiri dari:
  • Brunaha (menggugurkan bayi dalam kandungan),
  • Purusaghna (menyakiti orang),
  • Kaniya Cora (mencuri perempuan pingitan),
  • Agrayajaka (bersuami istri melewati kakak), dan
  • Ajnatasamwatsarika (bercocok tanam tanpa masanya).

2. Upa Pataka terdiri dari:
  • Gowadha (membunuh sapi),
  • Jawatiwadha (membunuh gadis),
  • Balawadha (membunuh anak),
  • Agaradaha (membakar rumah/ merampok).

3. Maha Pataka terdiri dari:
  • Brahmanawadha (membunuh oarang suci/ pendeta),
  • Surapana (meminim alkohol/ mabuk),
  • Swarna stya (mencuri emas),
  • Kanyawighna (memperkosa gadis), dan
  • Guruwadha (membunuh guru).


4. Ati Pataka terdiri dari:

Swaputribhajana (memperkosa saudara perempuan),
Matrabhajana (memperkosa ibu),
Linggagrahana (merusak tempat suci).
Moksa
adalah keadaan atma yang bebas dari segala bentuk ikatan dan bebas dari samsara. Yang dimaksud dengan atma adalah roh, jiwa. Sedangkan hal-hal yang termasuk ikatan adalah :
1) pengaruh panca indria,
2) pikiran yang sempit,
3) ke-akuan,
4) ketidak sadaran pada hakekat Brahman-Atman,
5) cinta kasih selain kepada Hyang Widhi,
6) rasa benci,
7) keinginan,
8) kegembiraan,
9) kesedihan,
10) kekhawatiran/ketakutan, dan
11) khayalan.

Moksa adalah tujuan hidup manusia yang tertinggi yang dapat dicapai oleh setiap manusia bila ia :
1) Mampu membebaskan atman dari ikatan.
2) Mempunyai pengetahuan utama (paravidya) tentang brahman.
3) Melaksanakan disiplin kehidupan yang suci.
Oleh karena itu moksa juga dikatakan sebagai pahala yang tertinggi dari Hyang Widhi atas karma manusia utama, suatu anugerah yang maha mulia.
Catur Purusha Arta

adalah empat kekuatan atau dasar kehidupan menuju kebahagiaan, yaitu : Dharma, Arta, Kama, dan Moksa. Urut-urutan ini merupakan tahapan-tahapan yang tidak boleh ditukar-balik karena mengandung keyakinan bahwa tiada arta yang diperoleh tanpa melalui dharma; tiada kama diperoleh tanpa melalui arta, dan tiada moksa yang bisa dicapai tanpa melalui dharma, arta, dan kama.
1.Dharma : dapat diartikan sebagai mematuhi semua ajaran-ajaran Agama terlihat dari pikiran, perkataan dan perbuatan sehari-hari.
2.Arta : sesuatu yang bernilai materiil yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara phisik. Arta dapat diperoleh secara langsung maupun tidak langsung.
3.Kama : kebutuhan hidup berupa pangan, sandang, perumahan, sosial, spiritual, kesehatan, dan pendidikan. Makin banyak arta yang diperoleh maka manusia makin leluasa memenuhi kama.
Catur Asrama
 adalah empat tingkatan kehidupan yang wajib/ideal dijalani manusia Hindu selama hidupnya, yaitu : Brahmacari, Grhastha, Vanaprastha, dan Bhiksuka. Karena menjadi kewajiban, maka bila ada manusia Hindu yang tidak melaksanakan catur ashrama dengan baik, akan sia-sialah hidupnya di dunia ini.
·         Brahmacari
Brahmacari adalah masa belajar, masa menuntut ilmu/pendidikan.
Adapun hubungan antara perilaku seksual dan brahmacari dapat di ketahui melalui istilah berikut :
1. Sukla brahmacari
Orang yang tidak kawin semasa hidupnya, bukan karena tidak mampu, melainkan karena mereka sudah berkeinginan untuk nyukla brahmacari sampai akhir hayatnya.
2. Sewala brahmacari
Orang yang menikah sekali dalam masa hidupnya
3. Kresna brahmacari
Pemberian ijin untuk menikah maksimal 4 kali karena suatu alasan yang tidak memungkinkan diberikan oleh sang istri, seperti isang istri tidak dapat menghasilkan keturunan, sang istri sakit-sakitan, dan bila istri sebelumnya memberikan ijin.
·         GRHASTA ASRAMA
Tahapan yang kedua tentang grhasta / berumah tangga .tahapan ini dimasuki pada saat perkawinan.
Beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan dalam berumah tangga :
1) Melanjutkan keturunan
2) Membina rumah tangga
3) Bermasyarakat
4) Melaksanakan panca
·         WANAPRASTHA ASRAMA
Tahapan yang ketiga wanaprstha, tahapan ini merupakan suatu persiapan bagi tahap akhir yaitu sannyasa .

·         SANNYASIN / BHIKSUKA
Tahap yang terkhir adalah sannyasin. Bila seseorang laki- laki menjadi seorang sannyasin, ia meninggalkan semua miliknya, segala perbedaan golongan,segala upacara ritual dan segala keterikatan pada suatu negara, bangsa atau agama tertentu. Ia hidup sendiri dan menghabiskan waktunya dalam meditasi.
CATUR PARAMITHA
Catur Paramitha adalah empat bentuk budi luhur, yaitu Maitri, Karuna, Mudita, dan Upeksa.
  1. Maitri : lemah lembut, yang merupakan bagian budi luhur untuk kebahagiaan segala makhluk.
  2. Karuna : belas kasihan atau kasih sayang, yang merupakan bagian dari budi luhur, yang menghendaki terhapusnya penderitaan segala makhluk.
  3. Mudita : sifat dan sikap menyenangkan orang lain.
  4. Upeksa : sifat dan sikap suka menghargai orang lain.
Catur Paramita ini adalah tuntunan susila yang membawa manusia ke arah kemuliaan.
CATUR AISWARYA

Catur Aiswarya adalah suatu ajaran kerohanian yang memberikan kebahagiaan hidup lahir bathin terhadap makhluk. Catur Aiswarya terdiri dari Dharma, Jnana, Wairagya, dan Aiswarya.
  1. Dharma : segala perbuatan yang selalu berdasarkan atas kebenaran.
  2. Jnana : pengetahuan atau kebijaksanaan lahir bathin yang berguna demi kehidupan seluruh umat manusia.
  3. Wairagya : tidak ingin terhadap kemegahan duniawi misalnya tidak berharap-harap menjadi pemimpin, jadi hartawan, gila hormat dan sebagainya.
  4. Aiswarya : kebahagiaan dan kesejahteraan yang didapat dengan cara (jalan) yang baik atau halal sesuai dengan hukum atau ketentuan agama serta hukum yang berlaku di dalam masyarakat dan negara.
Tri Parartha
Tri Parartha berarti tiga perihal yang dapat menyebabkan terwujudnya kesempurnaan, kebahagiaan, keselamatan, kesejahteraan, keagungan, dan kesukaan hidup umat manusia.
1. Asih : cinta kasih artinya sebagai manusia kita harus mempunyai rasa kasih sayang kepada semua, termasuk cinta kasih kita sesama manusia dan cinta kasih dengan lingkungan yang meliputi binatang dan tumbuhan.
2. Punya / Punia : dermawan, tulus dan iklas . Artinya dalam kita memberikan sesuatu baik itu berupa jasa atau materi terutama kepada orang yang membutuhkan, berdasarkan ketulusan dan keiklasan tanpa mengharapkan imbalan.
3. Bhakti : hormat, sujud artinya dihadapan TYME / Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Allah / Gusti kita harus sujud karena hanya menciptakan semua ini dan yang akan memberi kita keselamatan. Dan kepada sesama manusia kita harus saling hormat menghormati, harga menghargai karena dihadapan-Nya kita semua sama, yang membedakan kita adalah amal perbuatan yang telah kita perbuat.

4 jala menuju moksa
 Berikut adalah empat jalan yang dimaksud :
1. Bhakti Marga / Bhakti Yoga
Bhakti artinya berbakti alias sembahyang atau ibadah. Ini adalah merupakan cara yang paling umum sekaligus cara termudah untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
2. Karma Marga / Karma Yoga
Karma artinya perbuatan, tingkah laku, pekerajaan ataupun aksi. Ini artinya, dengan melakukan perbuatan baik atau bekerja dengan penuh dedikasi pada pekerjaanya sebetulnya adalah sama mulianya dengan sembahyang.
3. Jnana Marga / Jnana Yoga
Jnana artinya pengetahuan. Jadi dengan belajar dan mencari pengetahuan seseorang akan bisa mendekatkan diri pada Penciptanya. Jadi belajar keras mempelajari ilmu dan pengetahuan baru, menurut ajaran  Catur Marga adalah sama mulianya dengan sembahyang.
4. Yoga Marga / Raja Yoga
Yoga artinya meditasi. Untuk terjemahan yang lebih mudah adalah perenungan diri,  melatih  pikiran dan tubuh ke arah yang positif. Jadi hakekat dari Yoga dan sembahyang adalah sama. Bedanya, sembahyang bisa dilakukan oleh siapa saja dengan mudah sedangkan meditasi memerlukan latihan.
Sapta wara
·         Senin : sumaribek                   Jum’at : sukre              Kamis : urespati         
·         Selasa : anggara kasih                        Sabtu : saniscara
·         Rabu : bude kliwon                 Minggu : redite
Tri kona
3 kemahakuasaan tuhan
·         Upeti : pencipta : brahma
·         Stiti pemelihara : wisnu
·         Pralina : pelebur : siwa
Catur purusa artha
4 tingkatan hidup manusia
·         Dharma : kebenaran
·         Kama : keinginan
·         Artha : kekayaan
·         Moksa : kebebasan
Sad ripu
6 musuh yang ada di dalam diri manusia
·         Kama : keinginan / hawa nafsu
·         Lobha : rakus
·         Krodha: kemarahan
·         Moha : bingung
·         Mada : congkak
·         Matsarya : iri hati
Sapta timira
7 kegelapan yang ada di dalam atau diri manusia
·    Surupa : mabuk karena kecantikan atau ketampanan
·    Dana : mabuk karena harta
·    Kulina : mabuk karena kebangsawanan
·    Yowana : mabuk karena keremajaan
·    Suraguna : mabuk karena kepandaian
·    Kasuran : mabuk karena keberanian
Posisi sembahyang
·    Pada asana : berdiri                  Sila sana : bersila
·    Padma sana : tidur
·    Bajra sana : bersimpuh
Teori masuknya agama hindu
·    Dibawa oleh pedagang : waisya
·    Dibawa oleh prajurit : ksatria
·    Dibawa oleh kaum brahmana
Kerajaan hindu di indoneisa
1. Kerajaan Kutai:
Kerajaan kutai pertama kali didirikan oleh seorang raja yang bernama kudungga.
Beliau mempunyai anak yang bernama asmawarman dan mulawarman.
Raja yang terkenal dari kerajaan kutai adalah raja mulawarman.
Raja mulawarman pernah memberikan 20.000 ekor sapi kepada para brahmana. Beliau menyembah dewa siwa.
2. KerajaanTtarumanegara:
Kerajaan tarumanegara mempunyai seorang raja yang bijaksana yaitu raja purnawarman. Pada masa pemerintahan raja purnawarman, kerajaan tarumanegara banyak meninggalkan prasasti. Berikut prasasti tersebut
A.prasasti kebon kopi                                D.prasasti munjul
B.prasasti tugu                                           E.prasasti ciaruteun
C.prasasti jambu
3. Kerajaan Mataram Hindu:
Kerajaan mataram hindu di perintah oleh seorang raja yang bijaksana yaitu raja sanna.
Raja kerajaan mataram hindu yang terkenal adalah sanjaya. Kerajaan mataram hindu meninggalkan sebuah prasasti yang di temukan di daerah
canggal.
4. Kerajaan Kediri:
Pendiri kerajaan Kediri adalah raja bameswara (1117 – 1130). Setelah wafat beliau digantikan oleh jayabaya. Jayabaya adalah raja Kediri yang
terbesar. Jayabaya di kenal dengan ramalannya yang di sebut jangka  Jayabaya.
Raja Kediri yang terakhir adalah Kertajaya. Setelah kertajaya menjadi raja, kerajaan Kediri di serang oleh ken arok dari kerajaan singosari. Serangan itulah yang membuat akhirnya riwayat kerajaan Kediri.
5. Kerajaan Singosari:
Kerajaan singosari didirikan oleh ken arok tahun 1222 M. Sebelum menjadi raja, ken arok pernah mengabdikan diri ke tumapel. Saat itu kerajaan
singosari dipimpin oleh tunggul amethung.
Setelah menjadi raja ken arok bergelar: sri ranggah rajasa sang amurwabumi.
Setelah wafat beliau digantikan oleh Anusapati. Raja setelah Anusapati ialah panji tohjaya. Setelah panji tohjaya, rajanya ialah Kertanegara. Pada masa pemerintahan kertanegara, kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaannya.
Kerajaan singosari diserang oleh raja Jayakatwang dari kerajaan Kediri.
Peninggalan Kerajaan singosari:
A.candi kidal=sebagai tempat pemakaman anusapati
B.candi jago=sebagai tempat pemakaman ranggawuni
C.candi kagenengan=sebagai tempat pemakaman ken arok
D.candi singosari=sebagai tempat pemakaman kertanegara
E.patung prajna paramita=sebagai tempat pemujaan terhadap ken dedes
6. Kerajaan Majapahit:
Kerajaan majapahit didirikan oleh Raden Wijaya. Raden Wijaya mempunyai tiga orang anak yaitu:
A.bhre dara
B.bhre kahuripan
C.jayanegara
Setelah raden wijaya wafat,ia digantikan oleh puteranya yang bernama jayanegara. Pada masa jayanegara inilah banyak pemberontakkan
terjadi. Pemberontakkan tersebut adalah:


A.Pemberontakkan ronggolawe(1903)
B.pemberontakkan sora(1906)
C.pemberontakkan nambi(1909)
D.pemberontakkan kuti(1911)
Setelah jayanegara wafat tanpa meninggalkan seorang putera
beliau digantikan oleh bhre kahuripan anak dari raden wijaya yang telah menjadi bhiksuni. Setelah menjadi raja, bhre kahuripan bergelar tribuana tunggal dewi jayawishnu wardhani.
Akhirnya tribuana tunggal dewi jayawishnu wardhani turun
tahta yang akhirnya di gantikan oleh puteranya yang bernama Hayam Wuruk. Pada saat itu raja Hayam Wuruk baru berusia 16 tahun. Setelah menjadi raja, Hayam Wuruk bergelar Rajasanegara. Kerajaan majapahit mempunyai mahapatih yang bernama Gajah Mada. Gajah Mada
berhasil menumpas pemberontakkan kuti. Atas keahliannya itu gajah mada diangkat sebagai perdana menteri Majapahit.
Gajah Mada menyebutkan Sumpah Palapa. Isi Sumpah Palapa adalah cita-cita Gajah mada untuk mempersatukan nusantara di bawah kekuasaan
Majapahit. Gajah Mada membangun armada laut yang kuat. Armada laut majapahit dipimpin oleh mpu nala.
Setelah gajah mada wafat kerajaan majapahit bingung untuk mencari penggantinya.
Sedikit demi sedikit kerajaan majapahit mengalami kemunduran. Keadaan kerajaan majapahit semakin tidak menentu setelah raja hayam wuruk wafat.
7. Kerajaan Medang di Jawa Timur abad IX (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Empu Sendok
8. Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur tahun 1073 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama dan terkenal : Airlangga
9. Kerajaan Pajajaran di Priangan (Jawa Barat) tahun 1333 (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Sri Baduga Maharaja
Raja yang terakhir : Prabu Sedah
Tri Rna
 berasal dari kata tri dan rna. Tri berarti tiga, rna berarti hutang. Jadi secara etimologi Tri Rna berarti tiga hutang. Tri rna juga berarti tiga jenis ketergantungan dalam hidup manusia yang membawa ikatan hutang (rna). Ketiga hutang (tri rna) tersebut meliputi :
1.       Dewa rna merupakan ketergantungan manusia kepada Tuhan  yang telah menciptakan kehidupan, memelihara dan memberikan kebutuhan hidup.
2.       Pitra rna merupakan ketergantungan kepada leluhur yang telah melahirkan, mengasuh dan membesarkan diri kita.
3.       Rsi rna merupakan ikatan hutang kepada para Rsi yang telah memberikan pengetahuan suci untuk membebaskan hidup ini dari kebodohan menuju kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir batin.
SAD ATATAYI
Sad berarti enam dan Atatayi berarti pembunuhan. Jadi, Sad Atatayi adalah enam macam pembunuhan yang amat kejam atau keji yang patut dihindari dan tidak boleh dilakukan terhadap siapapun. Keenam pembunuhan yang dimaksud, yaitu pembunuhan secara sadis.
a.    Aganda : membakar
b. Wisada
: meracun
c. Atharwa
: ilmu hitam
d. Sastraghna
: mengamuk
e. Drathi Krama
: memperkosa
f. Raja Pisuna
: memfitnah
Weda

 berasal dari bahasa sansekerta dari akar kata wid , yang artinya mengetahui sehingga Weda berarti sebuah buku mengenai pengetahuan suci agama.

·                     Weda Sruti adalah kelompok Weda yang ditulis oleh para Maha Rsi melalui pendengaran langsung dari Wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kelompok Weda Sruti menurut Bhagawan Manu merupakan Weda yang sebenarnya atau Weda Orisinil. Menurut sifat isinya Weda ini dibagi atas 3 macam , antara lain :
1.      Bagian Mantram
2.      Bagian Brahmana (Karma Kanda)
3.      Bagian Upanisad / Arnyaka (Jnana Kanda)
4. Bagian aranyaka

·                     Smerti adalah Weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Penyusunan ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara sistematis menurut bidang profesi. Secara garis besarnya Smerti dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yakni kelompok Wedangga (Sadangga), dan kelompok Upaweda.
1.      Vadangga
2.      Upa veda

catur veda
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJ8uk49sYf_drM_PwDQX3wNnGCZ3GpwIKk4UTEo_3PxTrZWl2UNFS54bkUK2a-NPDlKgaCmYEUcpw8cwURWE6cE5ghF-nqlmRQlw3OQTGuvgvKVQ2xx6gU1UZC9dVxDApYClKUgSPARvi-/s1600/a.png
·    RG- Veda : Rsi Pulaha
                  Kitab tertua, nyanyian pujian, mantram
·    Sama veda : Rsi jaimini
                  Mantram, lagu lagu pujian
·    Yajur veda : Rsi vaisampayana
                  Sebagian besar mantram mantram dari RG – Veda
·    Artva veda : Rsi sumantu
                   Mantram mantram, bersifat magis, doa doa.

Sapta Rsi
Sapta Maha Resi penerima wahyu dalam kitab suci Weda :

1. Rsi Gritsamada (mandala 2 )
Rsi Gritsamada lahir dari keluarga Angira, beliau Rsi yang rajin dan tekun, Rsi Gritsamada berjasa bagi kita, beliau mengumpulkan mantram-mantram Weda. Beliau banyak menulis mantra Reg Weda.

2. Rsi Wiswamitra (mandala 3 )
Wiswamitra adalah Rsi yang banyak disebut-sebut, wahyu yang beliau terima dihimpun dalam Weda. Pada mulanya Wiswamitra dikenal sebagai keturunan ksatria atau penguasa, karena ketekunannya dalam belajar beliau akhirnya dikenal sebagai Maha Rsi.

3. Rsi Wamadewa (mandala 4 )
Wamadewa sangat banyak menulis ayat-ayat Weda. Dalam cerita dikatakan Rsi Ramadewa telah mencapai penerangan sempurna semasih dalam kandungan ibunya, keajaiban sering terjadi dalam kehidupannya. Wamadewa sudah biasa berbicara dengan Dewa Indra dan Dewa Aditi.

4. Rsi Atri  (mandala 5 )
Atri lahir dilingkungan keluarga Brahmana, keluarga Atri banyak menerima wahyu. Sebagai warga Brahmana, Rsi Atri sejak kecil hidup dalam lingkungan disiplin Brahmana, ada tiga puluh enam keluarga Atri yang mampu menerima wahyu. Rsi Atri dan keluarganya sungguh besar jasanya bagi kita semua.

5. Rsi Bharadwaja (mandala 6 )
Pada masa Rsi Bharadwaja, kegiatan menghimpun ayat Weda tetap dilanjutkan. Rsi Bharadwaja selalu berpikir suci, beliau sangat rajin mengumpulkan ayat-ayat Weda.

6. Rsi Wasista (mandala 7 )
Nama Wasista banyak disebutkan dalam Maha Bharata, Wasista adalah seorang Rsi. Beliau tinggal di hutan Kamyaka, beliau belajar di tempat yang sepi jauh dari keramaian. Beliau banyak menambah ayat-ayat Reg Weda.

7. Rsi Kanwa (mandala 8 )
Maha Rsi Kanwa adalah orang suci, beliau menerima banyak wahyu. Karena kesuciannya beliau sangat dicintai. Hyang Widhi menganugrahkan kesabaran kepada beliau, Rsi Kanwa sangat bijaksana, pribadinya dikagumi banyak orang.
Catur Warna
 berarti empat pilihan hidup atau empat pembagian dalam kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan ketrampilan (karma) seseorang, serta kwalitas kerja yang dimiliki sebagai akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya dan ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi suatu pekerjaan.
Warna Brahmana.
Disimbulkan dengan warna putih, adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kerohanian keagamaan.
Warna Ksatrya.
Disimbulkan dengan warna merah adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan keamanan negara.
Warna Wesya.
Disimbulkan dengan warna kuning adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang kesejahteraan masyarakat (perekonomian, perindustrian, dan lain- lain).
Warna Sudra.
Disimbulkan dengan warna hitam adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang ketenagakerjaan.
Pemimpin yang berpedoman asta brata
·    Sang rama dewa
·    Sang bharata
·    Sang yudistira
·    Raja hari chandra
·    Mahatma gandhi
Tempat suci
tempat yang suci / istimewa sebaai sarana memuja dan menghubungkan diri dengan sang hyang widhi.
Fungsi: 
·    Tempat menghubungkan diri pada tuhan
·    Tempat melaksanakan yajna
·    Tempat melaksanakan upacara
Bentuk bentuk tempat suci
·    Pura
·    Padmasana
·    Meru
·    Candi
·    Lingga
·    Gunung
JENIS – JENIS PURA
Beberapa kelompok pura di Bali sebagai berikut :
1.Pura Umum
Pura yang tergolong umum ini menjadi tempat pemujaan seluruh umat Hindu, sehingga pura-pura ini disebut Kahyangan Jagat di Bali. Adapun yang termasuk pura Kahyangan Jagat adalah Pura Sad Kahyangan, Pura Dang Kahyangan,dan pelinggih-pelinggih penyawangan, seperti yang terdapat dalam kantor-kantor.

Pura Kahyangan Jagat di Bali berdasarkan konsepsi Rwa Bhineda ialah :
A. Pura Besakih sebagai Purusa yang terletak di kabupaten Karangasem.
B. Pura Batur Pradhana di kabupaten Bangli.
Pura Kahyangan Jagat berdasarkan konsepsi Catur Lokapala ialah :
a. Pura Lemuyang Luhur di kabupaten Karangasem.
b. Pura Andakasa di kabupaten Karangasem.
c. Pura Batukaru di kabupaten Tabanan.
d. Pura Pucak Mangu di kabupaten Badung.

Pura Kahyangan Jagat berdasarkan konsepsi Sad Winayaka ialah :
a. Pura Besakih di kabupaten Karangasem.
b. Pura Lempuyang Luhur di kabupaten Karangasem.
c. Pura Goa Lawah di kabupaten Klungkung.
d. Pura Uluwatu di kabupaten Badung.
e. Pura Batukaru di kabupaten Karangasem.

Pura lainnya yang tergolong pura umum adalah pura yang fungsinya sebagai tempat pemujaan kebesaran jasa Dang guru. Pura ini di puja oleh seluruh umat hindu yang merasa berutang jasa kepada Dang guru atas ajaran yang telah diberikannya. Pura-pura yang tergolong ke dalam karakter ini disebut Pura Dang Khayangan.

PURA TERITORIAL
Pura ini memiliki ciri-ciri kesatuan wilayah sebagai tempat pemujaan suatu desa pekraman. Ciri khas suatu desa pekraman ada dasarnya mempunyai tiga buah pura yang disebut Kahyangan Tiga yaitu: Pura Desa,Pura Puseh, Pura Dalem.
Nama-nama Pura Kahyangan Tiga nampaknya bervariasi pada beberapa desa di Bali, misalnya pura desa sering disebut Pura Bale Agung, Pura Puseh sering disebut Pura Segara, Pura puseh desa Besakih disebut Pura Banua.

PURA FUNGSIONAL
Pura ini memiliki karakter fungsional karena umat penyiwinya terikat oleh ikatan kekaryaan seperti: mempunyai profesi yang sama dalam system mata pencaharian/penghidupan, seperti bertani, berdagang, nelayan. Karena bertani dalam mengolah tanahtidak dapat dipisahkan dengan air, maka mereka mempunyai ikatan yang disebut Pura Empelan atau Pura Ulun Swi atau Pura Subak.
Demikian pula berdagang merupakan satu system mata pencaharian hidup yang menyebabkan adanya ikatan pemujaan dalam wujud Pura yang disebut Pura Melanting. Umumnya Pura Melanting didirikan di dalam area suatu pasar yang dipuja oleh para pedagang dalam lingkungan pasar tersebut.



PURA KAWITAN
Pura ini mempunyai karakter yang ditentukan oleh adanya garis kelahiran. Suatu keluarga inti yaitu ayah, ibu dan anak yang mempunyai tempat pemujaan yang disebut Sanggah atau Pemerajan. Kemudian apabila keluarga itu bertambah banyak jumlahnya sudah ada yang keluar dari rumah asal, maka tempat pemujaan keluarga besar itu disebut Sanggah Gede atau Pemerajan Agung. Selanjutnya pada tingkat yang lebih luas yaitu tingkat clan (klen) mempunyai tempat pemujaan yang disebut Pura Dadia, sehingga mereka disebut Tunggal Dadia. Apabila klen itu membesar lagi sehingga mencakup wilayah bali, maka mereka memiliki tempat pemujaan yang disebut Pedarman, biasanya terdapat di Pura Besakih.
Berdasarkan atas Fungsinya :

1. Pura Jagat, yaitu Pura yang berfungsi sebagai tempat memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam segala prabawanyaNya (manifestasiNya), dan dapat digunakan oleh umat untuk melaksanakan pemujaan umum, seperti purnama tilem, hari raya Hindu lainnya tanpa melihat asal, wangsa yang bersangkutan.

2. Pura kawitan, yaitu Pura sebagai tempat suci untuk memuja Atma Siddha Dewata '(Roh Suci Leluhur), termasuk didalamnya: sanggah, merajan, (paibon, kamulan), dadia, dan pedharman

Berdasarkan atas Karakterisasinya:

1. Pura Kahyangan Jagat, yaitu Pura tempat memuja Sang Hyang Widhi dalam segala Prabhawa-Nya misalnya Pura Sad Kahyangan dan Pura Jagat yang lain.

2. Pura Kahyangan Desa (Teritorial) yaitu Pura yang disungsung (dipuja dan dipelihara) oleh Desa Adat.

3. Pura Swagina (Pura Fungsional) yaitu Pura yang Penyungsungnya terikat oleh ikatan Swagina (kekaryaan) yang mempunyai profesi sama dalam mata pencaharian seperti : Pura Subak, Melanting dan sebagainya .

4. Pura Kawitan, yaitu Pura yang penyungsungnya ditcntukan oleb ikatan "wit"atau leluhur berdasarkan garis (vertikal geneologis) seperti: Sanggah, Merajan, Pura lbu, Pura Panti, Pura Dadia, Pura Padharman dan yang sejenisnya.
Ciri ciri pura umum
·    Utama mandala                        Nista mandala
·    Madya mandala
Dewa dewa yang berstana di pura
·    Desa : brahma
·    Puseh : wisnu
·    Dalem : siwa
Desa kala patra
·    Desa : tempat
·    Kala :  waktu
·    Parta : keadaan
Yajna
·    Nitya karma : yajna yang dilakukan setiap hari
·    Maimitika karma : yajna yang dilakukan ada hari hari tertentu
·    Ishidhenta :  yajna yang dilakukan berdasarkan peristiwa dan kejadian (kecelakaan)
·    Yajna nyata : riil / benda ( caru )
·    Yajna tak nyata : abstrak / tidak nyata ( nasehat )
Panca widya
5 jasa orangtua
·    Ametwaken : melahirkan
·    Matulunurip : menolong jiwa dari bahaya
·    Maweh : memberi makan, minun
·    Anyangaskara : mengupacarai dengan manusia yajna
·    Mangupadhyaya : mengajar dan mendidik                 
Catur guru
4 guru yang harus dihormati
·    Guru rupaka : orang tua
·    Guru pengajian : yang mengajar di sekolah
·    Guru wisesa : pemerintah
·    Guru swadhyaya : tuhan ( sang hyang widhi wasa )
Perkembangan agama hindu di indonesia
·    1959 : berdiri PHDB untuk mengatur, memupuk kehidupan beragama di bali
·    4 juli 1959 : didirikan pendidikan guru atas hindu bali, dinegrikan 1968
·    3 oktober 1963 : didirikan perguruan tinggi hindu yaitu  “ maha widya bhawana institut hindu dharma “ di denpasar
·    1963 : berdasaekan keputusan menteri agama NO. 100 tahun 1963, agama hindu diakui secara nasional
·    1983 : nyepi diakui sebagai hari libur nasional
·    1986 : PHDB diubah menjadi PHDI.
Hari suci
1. Pagerwesi : budha kliwon shinta
2. Galungan : 6 bulan / 210 hari.                                                                                                  Rabu kliwon dungulan                                                                                                         kemenangan dharma melawan adharma
            Pelaksanaan galungan:
a.      Tumpek wariga
b.      Sugihan jawa
c.       Sugihan bali
d.      Penyekeban
e.      Penyajian
f.        Penampahan galungan
g.      Umanis galungan
h.      Pemaridan guru
i.        Pemacek agung
j.        Penampahan kuningan
k.       Kuningan
l.        Umanis kuningan
m.    Budha keliwon
3.      Saraswati : sabtu umanis watugunung
    Hari turunnya ilmu pengetahuan
4.      Kuningan : sabtu kliwon wuku kuningan
5.      Nyepi : kapisan sasih kadasa
6.      Siwalatri : malam siva
Tujuan hari suci
·         Media pendekatan diri dan pelayanan
·         Untuk meningkatkan kesucian



DASA YAMA BRATA
Dasa Yama Bratha adalah sepuluh macam pengendalian diri, yaitu :
  1. Anresangsya atau Arimbawa : tidak mementingkan diri sendiri
  2. Ksama : suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan.
  3. Satya : setia kepada ucapan sehingga menyenangkan setiap orang.
  4. Ahimsa : tidak membunuh atau menyakiti makhluk lain.
  5. Dama : dapat menasehati diri sendiri.
  6. Arjawa : jujur dan mempertahankan kebenaran.
  7. Priti : cinta kasih sayang terhadap sesama makhluk.
  8. Prasada : berpikir dan berhati suci dan tanpa pamrih.
  9. Madurya : ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun.
  10. Mardhawa : rendah hati, tidak sombong dan berpikir halus.


DASA NYAMA BRATA  

Dasa NYama Bratha adalah sepuluh macam pengendalian diri yang utama, yaitu :
  1. Dhana : suka berderm tanpa pamrih.
  2. Ijya : pemujaan terhadap Hyang Widhi dan leluhur.
  3. Tapa : melatih diri untuk daya tahan dari emosi agar dapat mencapai ketenangan bathin.
  4. Dhyana : tekun memusatkan pikiran kepada HYang Widhi.
  5. Upasthanigraha : pengendalian hawa nafsu birahi.
  6. Swadhyaya : tekun mempelajrai ajaran-ajaran suci dan pengetahuan umum.
  7. Bratha : taat akan sumpah dan janji.
  8. Upawasa : berpuasa atau pantang terhadap suatu makanan dan minuman yang dilarang dalam ajaran agama.
  9. Mona : membatasi perkataan.
  10. Snana : tekun melakukan penyucian diri tiap hari dengan jalan mandi dan sembahyang.
Panca Yama Bratha

Panca Yama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam hubungannya dengan perbuatan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian batin.

Hal-hal yang termasuk dalam Panca Yama Bratha adalah:
  1. Ahimsa : tidak menyiksa atau membunuh mahluk lain dengan sewenang-wenang.
  2. Brahmacari : tidak kawin selama dalam menuntut ilmu, berarti juga pengendalian nafsu sex.
  3. Satya : benar setia dan jujur.
  4. Awyawahara/Awyawaharika : berusaha dengan tulus.
  5. Asteya : tidak mencuri atau menggelapkan harta orang lain.
Panca Nyama Bratha

Panca Nyama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam tingkat mental untuk mencapai kesempurnaandan kesucian bathin.

Adapun bagian-bagian dari Panca Nyama Bratha ini adalah
  1. Akrodha : tidak marah.
  2. Guru Susrusa : hormat, taat dan tekun melaksanakan ajaran dan  nasehat-nasehat guru.
  3. Sauca : kebersihan, kemurnian dan kesucian lahir dan bathin.
  4. Aharalaghawa : pengaturan makan dan minum.
  5. Apramada : taat tanpa ketakaburan melakukan kewajiban dan mengamalkan ajaran-ajaran suci.
Assta Siddhi
adalah delapan ajaran kerohanian yang memberi tuntunan kepada manusia untuk mencapai tarap hidup yang sempurna dan bahagia lahir bathin.

Asta Siddhi terdiri dari :
  1. Dana : senang melakukan amal dan derma.
  2. Adnyana : rajin memperdalam ajaran kerohanian (ketuhanan).
  3. Sabda : dapat mendengar wahyu karena intuisinya yang telah mekar.
  4. Tarka : dapat merasakan kebahagiaan dan ketentraman dalam samadhi.
  5. Adyatmika Dhuka : dapat mengatasi segala macam gangguan pikiran yang tidak baik.
  6. Adidewika Dukha : dapat mengatasi segala macam penyakit (kesusahan yang berasal dari hal-hal yang gaib) seperti kesurupan, ayan, gila dan sebagainya.
  7. Adi Boktika : dapat mengatasi segala kesusahan yang berasal dari roh-roh halus, racun, dan orang-orang sakti.
  8. Saurdha : kemampuan yang setingkat dengan yogiswara yang telah mencapai kelepasan.
Panca Bahya Stuti
 adalah lima kemegahan (kepuasan) yang bersifat duniawi dan lahiriah semata-mata, yaitu:
  1. Aryana : senang mengumpulkan harta kekayaan tanpa menghitung baik buruk dan dosa yang ditempuhnya.
  2. Raksasa : melindungi harta dengan jalan segala macam upaya.
  3. Ksaya : takut akan berkurangnya harta benda dan kesenangannya sehingga sifatnya sering menjadi kikir.
  4. Sangga : doyan mencari kekasih dan melakukan hubungan seksuil.
  5. Hingsa : doyan membunuh dan menyakiti hati makhluk lain.
Panca Wiparyaya
adalah lima macam kesalahan yang sering dilakukan manusia tanpa disadari, sehingga akibatnya menimbulkan kesengsaraan, yaitu :
  1. Tamah : selalu mengharap-harapkan mendapat kenikmatan lahiriah.
  2. Moha :selalu mengharap-harapkan agar dapat kekuasaan dan kesaktian bathiniah.
  3. Maha Moha: selalu mengharap-harapkan agar dapat menguasai kenikmatan seperti yang tersebut dalam Tamah dan Moha.
  4. Tamisra :selalu berharap ingin mendapatkan kesenangan akhirat.
  5. Anda Tamisra : sangat berduka dengan sesuatu yang telah hilang.
Dasa Mala
 adalah sepuluh macam sifat yang kotor. Sifat-sifat ini terdiri dari
1.      Tandri : orang sakit-sakitan.
2.      Kleda : orang yang berputus asa.
3.      Leja :orang yang tamak dan sombong.
4.      Kuhaka : oang yang pemarah, congkak dan sombong.
5.      Metraya : orang yang pandai berolok-olok supaya dapat mempengaruhi teman atau seseorang.
6.      Megata : orang yang bersifat lain di mulut dan lain di hati.
7.      Ragastri :orang yang bermata keranjang.
8.      Kutila : orang penipu dan plintat plintut.
9.      Baksa Bhuwana : orang yang suka menyiksa dan menyakiti sesama makhluk.
10.  Kimbura : ornag pendengki dan iri hati.
Sad Paramitha
adalah enam jalan keutamaan untuk menuju keluhuran. Sad Paramita ini terdiri dari:
  1. Dana Paramitha : memberi dana atau sedekah baik berupa materiil maupun spirituil.
  2. Sila Paramitha : berpikir, berkata dan berbuat yang baik, suci dan luhur.
  3. Ksanti Paramitha : pikiran tenang, tahan terhadap penghinaan dan segala penyebab sakit, terhadap orang dengki atau perbuatan tak benar dan kata-kata yang tidak baik.
  4. Wirya Paramitha : pikiran, kata-kata dan perbuatan yang teguh, tetap dan tidak berobah, tidak mengeluh terhadap apa yang dihadapi. Jadi yang termasuk Wirya Paramita ini adalah keteguhan pikiran (hati), kata-kata dan perbuatan untuk membela dan melaksanakan kebenaran.
  5. Dhyana Paramitha : niat mempersatukan pikiran untuk menelaah dan mencari jawaban atas kebenaran. Juga berarti pemusatan pikiran, terutama kepada Hyang Widhi dan cita-cita luhur untuk keselamatan.
  6. Pradnya Paramitha : kebijaksaanaan dalam menimbang-nimbang suatu kebenaran.
Sad Paramitha
 adalah enam jalan keutamaan untuk menuju keluhuran. Sad Paramita ini terdiri dari:
  1. Dana Paramitha : memberi dana atau sedekah baik berupa materiil maupun spirituil.
  2. Sila Paramitha : berpikir, berkata dan berbuat yang baik, suci dan luhur.
  3. Ksanti Paramitha : pikiran tenang, tahan terhadap penghinaan dan segala penyebab sakit, terhadap orang dengki atau perbuatan tak benar dan kata-kata yang tidak baik.
  4. Wirya Paramitha : pikiran, kata-kata dan perbuatan yang teguh, tetap dan tidak berobah, tidak mengeluh terhadap apa yang dihadapi. Jadi yang termasuk Wirya Paramita ini adalah keteguhan pikiran (hati), kata-kata dan perbuatan untuk membela dan melaksanakan kebenaran.
  5. Dhyana Paramitha : niat mempersatukan pikiran untuk menelaah dan mencari jawaban atas kebenaran. Juga berarti pemusatan pikiran, terutama kepada Hyang Widhi dan cita-cita luhur untuk keselamatan.
  6. Pradnya Paramitha : kebijaksaanaan dalam menimbang-nimbang suatu kebenaran.
Dasa Dharma
 Dasa Dharma adalah sepuluh macam perbuatan baik yang patut dilaksanakan oleh umat Hindu. Segenap umat Hindu seyogyanya memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Dasa Dharma ini, karena dapat mendorong terciptanya masyarakat yang aman, tenteram dan damai. menurut Wreti Sasana, terdiri dari:
  1. Sauca : murni rohani dan jasmani.
  2. Indriyanigraha : mengekang indriya atau nafsu.
  3. Hrih : tahu dengan rasa malu.
  4. Widya : bersifat bijaksana.
  5. Satya : jujur dan setia terhadap kebenaran.
  6. Akrodha : sabar atau mengekang kemarahan.
  7. Drti : murni dalam bathin.
  8. Ksama : suka mengampuni.
  9. Dama : kuat mengendalikan pikiran.
  10. Asteya : tidak melakukan kecurangan.
Dasa Paramartha
 ialah sepuluh macam ajaran kerohanian yang dapat dipakai penuntun dalam tingkah laku yang baik serta  untuk mencapai  tujuan hidup yang tertinggi (Moksa). Dasa Paramartha ini terdiri dari:
  1. Tapa : pengendalian diri lahir bathin.
  2. Bratha : mengekang hawa nafsu.
  3. Samadhi : konsentrasi pikiran kepada Tuhan.
  4. Santa : selalu tenang dan jujur.
  5. Sanmata : tetap bercita-cita dan bertujuan terhadap kebaikan.
  6. Karuna : cinta kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup.
  7. Karuni : belas kasihan terhadap tumbuh-tumbuhan, barang dan sebagainya.
  8. Upeksa : dapat membedakan benar dan salah, baik dan buruk
  9. Muditha : selalu berusaha untuk dapat menyenangkan hati orang lain.
  10. Maitri : suka mencari persahabatan atas dasar saling hormat menghormati.
Catur Purusa Artha
Catur Purusa Artha adalah empat tujuan hindup manusia

Kama : keinginan atau nafsu
Atha : materi, kekayaan  =  adalah segala hal yang bersifat keduniawian,
Dharma : kebenaran
Moksa : tujuan akhir dari umat hindu yaitu kebahagian sejati suka tan pawali dukha

Tujuan agama Hindu adalah untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan jasmani. Dalam pustaka weda disebutkan : “MOKSHARTHAM JAADHITAYA CA ITI DHARMA” , yang artinya : agama atau dharma itu ialah untuk mencapai moksa (kebahagiaan rohani) dan jagadhita yang artinya mencapai kebebasan jiwatman. Untuk mencapai hal tersebut, agama menjabarkan menjadi tiga bagian yang diseut dengan tiga kerangka dasar agama Hindu.
TIGA KERANGKA DASAR UMAT HINDU
Terdiri dari :
TATWA = FILSAFAT
SUSILA = ETIKA
UPACARA = RITUAL
Tatwa
Yang dimaksud dengan Tattwa adalah cara kita melaksanakan ajaran
agama dengan mendalami pengetahuan dan filsafat agama.
Susila
Adalah cara kita beragama dengan mengendalikan pikiran, perkataan, dan
perbuatan sehari-hari agar sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
Upacara
adalah kegiatan keagamaan dalam bentuk ritual Yadnya, yang dikenal
dengan Panca Yadnya : Dewa, Rsi, Pitra, Manusa, dan Bhuta Yadnya.
Tingkatan2 seseorang yang telah mencapai moksa
dapat dikatagorikan sebagai berikut.
1. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rochani dengan meninggalkan mayat disebut Moksa.
2. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rochani dengan tidak meninggalkan mayat tetapi meninggalkan bekas2 misalnya abu, tulang disebut Adi Moksa.
3. Apabila seorang yang telah mencapi kebebasan rochani yang tidak meninggalkan mayat serta tidak membekas disebut Parana Moksa.
Sapta Loka
Lapisan alam atas disebut Sapta Loka. Sapta Loka terdiri dari (rendah ke tinggi):
  1. Bhur Loka – Jagra Pada (alam atman – manusia)
  2. Bhuwah Loka – Swapana Pada (alam antara atman – pitara)
  3. Swah Loka – Supta Pada (alam dewa – parama atman)
  4. Maha Loka – Turya Pada (alam niratma)
  5. Jana Loka – Turyanta Pada (alam adhyatma)
  6. Tapa Loka – Kewalya Pada (alam Niskalatma)
  7. Satya Loka – Parama Kewalya Pada (alam Sunyatma, ruang hampa Nirguna Brahman)
Sapta Patala
Lapisan alam bawah disebut Sapta Patala. Sapta Patala terdiri dari (tinggi ke rendah berdasarkan Padma Purana):
  1. Atala
  2. Witala
  3. Sutala
  4. Talatala
  5. Mahatala
  6. Rasatala
  7. Patala

Panca warna
·         Eka warna : luang
·         Dwi warna : mange, pepet
·         Tri warna : pasah, beteng, kajeng
·         Catur warna : sari, laba, jaya, mandala
·         Panca warna : umanis, pahing, pon, wage, kliwon
Yang membawa agama hindu pertama kali ke indonesia :
·         Aji saka ( tahun barusaka )
·         Rsi agastya
TAPA YADNYA

Tapa Yadnya adalah pengorbanan atau yadnya yang tertinggi nilainya karena berwujud sebagai pengendalian diri masing-masing individu. Tapa Yadnya juga disebut sebagai kegiatan pendakian spiritual seseorang dalam upaya meningkatkan kualitas beragama.
Tahapan-tahapan peningkatan kualitas beragama, menurut Lontar Sewaka Dharma adalah:
  1. Ksipta, seperti perilaku ke-kanak-kanakan yang cepat menerima sesuatu yang dianggapnya baik tanpa pertimbangan yang matang.
  2. Mudha, seperti perilaku pemuda: pemberani, selalu merasa benar, kurang mempertimbangkan pendapat orang lain.
  3. Wiksipta, seperti perilaku orang dewasa, mengerti hakekat kehidupan, memahami subha dan asubha karma.
  4. Ekakrta, seperti perilaku orang tua, yaitu keyakinan yang kuat pada Hyang Widhi, mempunyai tujuan yang suci dan mulia.
  5. Nirudha adalah perilaku orang-orang suci, penuh pengertian, bijaksana, segala pemikiran perkataan dan perbuataannya terkendali oleh ajaran-ajaran Agama yang kuat, serta mengabdi pada kepentingan umat manusia.
tempat –tempat melaksanakan persembahyangan yadnya sesa

1.      Diatas atap rumah, diatas tempat tidur (pelangkiran), persembahan ini ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam prabhawa beliau sebagai ether.
2.      Di tungku atau kompor, dipersembahkan kehadapan dewa Brahma
3.      Di tempat air dipersembahkan kehadapan Dewa Wisnu.
4.      Di halaman rumah, dipersembahkan kepada Dewi Pertiwi
Disamping tempat tempat tersebut ada juga yang menyebutkan mebanten saiban dilakukan di tempat tempat seperti berikut :
a.       ditempat beras
b.      di tempat sombah
c.       ditempat menumbuk beras
d.      di tungku dapur
e.       di pintu keluar pekarangan (lebuh)

3 kualitas yadna part 1
1.      Nista, artinya yadnya tingkatan kecil. Tingkatan nista ini dibagi menjadi 3, yaitu :
a.       Nistaning nista adalah terkecil di antarayang kecil
b.      Madyaning niasta adalah sedang di antara yang kecil
c.       Utamaning nista adalah terbesar diantara yang kecil
2.      Madya, artinya sedang, yang terdiri dari 3 tingkatan :
a.       Nistaning madya adalah terkecil di antarayang sedang
b.      Madyaning madya adalah sedang di antara yang sedang
c.       Utamaning madya adalah terbesar diantara yang sedang
3.      Utama , artinya besar, yang terdiri dari 3 tingkatan :
a.       Nistaning utama adalah terkecil di antara yang besar
b.      Madyaning utama adalah sedang di antara yang besar
c.       Utamaning utama adalah yang paling besar

3 kualitas yajna part 2
·         Tamasika yajna : tanpa petunjuk petunjuk sastra
·         Rajasika yajna : yajna dengan penuh harapan
·         Satwika yajna : didasarkan penjelasan bhagawad gita.
7 syarat yadna
1.      Sradha, artinya melaksanakan yadnya dengan penuh keyakinan.
2.      Lascarya, artinya yadnya yang dilaksanakan dengan penuh keiklasan.
3.      Sastra, artinya melaksanakan yadnya dengan berlandaskan sumber sastra, yaitu Sruti, Smrti, Sila, Acara dan Atmanastuti
4.      Daksina, artinya pelaksanaan yadnya dengan sarana upacara (benda dan uang)
5.      Mantra dan gita artinya yadnya yang dilaksdanakan dengan melantunkan lagu lagu suci untuk pemujaan
6.      Annasewa, artinya yadnya yang dilaksanakan dengan persembahan jamuan makan kepada para tamu yang menghadiri upacara
7.      Nasmita, artinya yadnya yang dilaksanakan denagn tujuan bukan untuk memamerkan kemewahan dan kekayaan.



TUJUAN MANUSIA BERYADNYA

Wujud nyata dari usaha manusia melakukan yadnya denagan tujuan seperti berikut ini;
1.       sebagai ungkapan rasa sukur dan terimakasih kepda Tuhan atas segala anugrah yang telah di  limpahkannya
2.      sebagai sarana untuk menghubungakan diri dengan tuhan dengan segala manifestasinya
3.      sebagai sarana penyucian lahir dan batin
4.      sebagai sarana untuk memohon keselamatan yang ada di alam semesta ini
5.      sebagai sarana untuk menetralisir pengaruh-pengaruh yang kurang baik
6.      sebagai sarana untuk memohon ampunan atas segala pebuatan yang berdosa
7.      sebagai sarana untuk mengembangkan kebudayaan dan pendidikan praktis pengajaran agama
8.      sebagai sarana untuk mencipatakan keseimbangsn dan keharmonisan kehidupan dengan sesame mahluk hidup dengan tuhan

Manusa yajna
Manusa yadnya adalah korban suci yang bertujuan untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir bathin manusia mulai dari sejak terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai pada akhir hidup manusia itu.
a. Upacara Pagedong-gedongan ( Garbha Wedana atau Upacara Bayi dalam Kandungan )
b. Upacara Bayi Lahir. ( penguuran ari ari )
c. Upacara Kepus Puser. ( 3 – 7 hari )
d. Upacara Bayi berumur 42 hari / 1 bulan 1 minggu (kalender bali = 35 hr )
e. Upacara Nyambutin. ( 105 hr / 3bln )
f. Upacara Satu Oton. ( 210 hr )
g. Upacara Meningkat Dewasa ( Munggah Daa ).
h. Upacara Potong Gigi.
i. Upacara Perkawinan.    (http://www.hindubatam.com/upacara/manusa-yadnya.html)
Adma sradha
Sifat sifat atma
• Achodya (tidak terluka oleh senjata)
• Adahya (tidak terbakar oleh api)
• Akledya (tidak terkeringkan oleh angin)
• Acesyah (tidak terbasahkan oleh air)
• Nitya (kekal abadi)
• Sarwagatah (ada dimana-mana)
• Sthanu (tidak berpindah-pindah)
• Acala (tidak bergerak)
• Sanatana (selalu sama)
• Awyakta (tidak dilahirkan)
• Achintya (tidak terpikirkan)
• Awikara (tidak berubah)
Tri Guna
3 (tiga) jenis dari hubungan atma, citta dan sthula sarira yang disebut dengan Tri Guna, yang menentukan sifat kelakuan (ahamkara) dari mahluk yaitu :
1. Ahamkara Waikerta, bersifat Satwam (baik, adil, bijaksana) yaitu sifat mahluk dimana pengaruh atma lebih besar daripada citta dan sthula sarira.
2. Ahamkara Raijasa, bersifat Rajah (aktif dan dinamis) yaitu sifat mahluk dimana pengaruh citta lebih besar daripada atma dan sthula sarira.
3. Ahamkara Bhutadi bersifat Tamah (malas, lamban, bodoh) yaitu sifat mahluk dimana pengaruh sthula sarira lebih besar dari atma dan citta.


Tri Antah Karana
Sifat berpengaruh lainnya disebut dengan Tri Antah Karana yaitu :
1. Manas (Alam pikiran)
2. Budhi (Kebijaksanaan, intelegensi)
3. Ahamkara (Kelakuan, ego)
Sapta Atma atau "Sapta Ongkara" atau "Sapta Pranawa"
Sifat-sifat Atma sama dengan Brahman/ Hyang Widhi dan memenuhi alam semesta ini. Getaran atau percikan Hyang Widhi yang menjadi atma ada 7 (tujuh) jenis menurut tingkatan alam yang ditempatinya disebut dengan Sapta Atma atau "Sapta Ongkara" atau "Sapta Pranawa", yaitu :
1. Atma di Bhur Loka
2. Antaratma di Bhuah Loka
3. Paramatma di Swah Loka
4. Niratma di Tapa Loka
5. Adhyatma di Jana Loka
6. Niskalatma di Maha Loka
7. Suniyatma di Satya Loka
apta Ongkara atau Sapta Prenawa biasanya digunakan dalam memuja atau menurunkan Hyang Widhi pada suatu tempat (ngelingihang Bangunan Bali) dengan mantram :

Om, Om, Parama Siwa, Suniyatmane namah
Om, Om, Sada Siwa, Niskalatmane namah
Om, Om, Sada Rudra Adhyatmane namah
Om, Om, Mahadewa Niratmane namah
Om, Mang, Iswara Paramatmane namah
Om, Ung, Wisnu Antaratmane namah
Om, Ang, Brahma Atmane namah

Ciri ciri pinandita
·         berambut panjang
·         memakai serba putih
·         memimpin upacara
·         memiliki genta
Ciri ciri sulinggih
·         Berdestar ambet
·         Bergandul / amudi / lingga
·         Bergandul ada seberkas rambut di kepala
·         Anyondong di belakang kepala
·         Angaras bahu
·         Busana / Pakaian putih putih
·         Busana waktu memuja memakai sempet


WIWAHA/PERKAWINAN
perkawinan merupakan ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.

Perkawinan adalah adanya ikatan antara dua orang, pria dan wanita secara lahir bathin, bertujuan membentuk rumah tangga bahagia.

suatu transaksi dianggap sah bila ada saksi, dalam Upacara Wiwaha (Byakala) tersebut sudah terkandung Tri Upasaksi (Tiga Saksi), yaitu Dewa Saksi, Manusa Saksi, dan Bhuta Saksi. Dewa saksi adalah Saksi Dewa (Ida Sang Widhi Wasa) yang di mohon untuk menyaksikan upacara pawiwahan tersebut, Manusa Saksi adalah Saksi Manusia. Dalam hal ini semua orang yang hadir pada saat dilaksanakan upacara utamanya, seperti Pemangku dan Perangkat Desa (Bendesa Adat, Kelian Dinas dan sebagainya). Bhuta Saksi adalah saksi para Bhuta Kala.

Asas-asas UNDANG-UNDANG Perkawinan:
  1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
  2. Suatu perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut  hukum agama yang dianut, dan setiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
  3. Undang-undang perkawinan mengandung asas monogami
  4. Calon suami-istri harus telah masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan
  5. Undang-undang ini menganut prinsip untuk mempersukar perceraian
  6. Hak dan kedudukan suami-istri dalam kehidupan berumah tangga dan masyarakat diatur dalam undang-undang ini.
Tujuan utama wiwaha adalah: untuk memperoleh keturunan/ sentana terutama yang suputra, yaitu anak yang hormat terhadap orang tua, cinta kasih terhadap sesama, dan berbakti kepada Tuhan.
Dalam nitisastra disebutkan bahwa orang yang mampu melahirkan anak yang suputra lebih tinggi keutamaannya dari membuat 100 yadnya.
Dalam Manawa DHARMA SASTRA, Wiwaha disamakan dengan Samskara.

Dalam manusa yadnya, Wiwaha Samskara merupakan puncaknya upacara manusa yadnya. Wiwaha bertujuan untuk membayar hutang kepada orang tua / leluhur
Wiwaha samskara dilaksanakan berdasarkan weda, karena merupakan Sarira Saraskara (Penyucian diri melalui perkawinan)





Kewajiban dalam hidup berumah tangga:
  1. Melanjutkan keturunan
  2. Membina rumah tangga
  3. Bermasyarakat
  4. Melaksanakan panca yadnya

HAKEKAT WIWAHA
Hakekat Perkawinan disamakan dengan yadnya, sehingga orang yang memasuki ikatan perkawinan menuju grhasta asrama adalah lembaga suci yang perlu dijaga keberadaannya dan kemuliaannya.



3 usaha yang harus dilaksanakan pada masa Grehasta asrama:
1.      Dharma yaitu, aturan-2 yang harus ditaati dengan kesadaran berpedoman pada dharma agama dan dharma negara
2.      Artha yaitu,  segala kebutuhan hidup berumah tangga berupa material dan pengetahuan
3.      Kama, yaitu rasa kenikmatan yang dapat diwujudkan dalam berkeluarga
Tri Aksara

Huruf suci Agama Hindu, masing-masing berbunyi :
1) ANG = Brahma
2) UNG = Wishnu
3) Mang = Śiwa

Tri Antah Karana

Tiga unsur penyebab yang mempengaruhi diri kita, yaitu :
1) Manas = Alam pikiran
2) Budhhi = Kebijaksanaan
3) Ahangkara = Keakuan/Ego

Tri Antah Karana :

Ada tiga sumber yang ada dalam di mana brahma/Tuhan menciptakan :
- Tri Pramana : Bayu, Sabda, Idep
- Tri Purusah : Śiwa, Sada Śiwa, Parama Śiwa.
- Tryantahkarana : Manah Buddhi Ahangkara.
- Tri Guna : Sattwam, Rajah, Tamah
- Sanghyang Tri Windu : Sakala, Niskala, Suniata.
- Sanghyang Dapur Tiga : Surya, Candra, Lintang Tranggana.

Tri Bhoga :

Tiga macam kebutuhan hidup, yaitu :
1) Bhoga = Pemenuhan kebutuhan makan dan minum
2) Upa Bhoga = Pemenuhan kebutuhan akan sandang (pakaian)
3) Pari Bhoga = Pemenuhan akan kebutuhan rumah tangga dan perabotan-perabotannya.

Tri Capala :

Tiga macam kedurhakaan, seperti :
1) Wak capala = Durhaka kepada orang tua dengan mepergunakan kata-kata, seperti memaki dan sebagainya.
2) Hasta capala = Durhaka kepada orang tua dengan mempergunakan tangan, misalnya : memukul dan sebagainya.
3) Pada capala = Durhaka kepada orang tua dengan mempergunakan kaki, misalnya menyepak dan sebagainya.

Tri Danti :

Tiga pengekangan diri :
1) Manah = Pikiran harus dikendalikan agar tidak menyimpang dari dharma.
2) Wak = Kata-kata hendaknya selalu sopan santun dan berlandasan kebenaran.
3) Kaya = Perbuatan. Segala tindak tandung menyenangkan orang lain, karena bersumber pada hukum/aturan Negara maupun Agama.

Tri Datu Catur :

Jalinan benang tiga warna, merah, putih, hitam, dipergunakan untuk mengikat daun dadap, ujung pohon dadap, padang lepas masing-masing 3 buah yang terdapat di amel-amel, yaitu bagian dari upakara Byakaonan.

Trayo Dasa Saksi :

Ada tiga belas saksi yang mengikuti segala gerak langkah kita, sehingga tidak mudah untuk berbohong terhadap Sang Hyang Widhi, yaitu :
1) Aditya (Surya) = matahari
2) Candra (Sasi) = bulan
3) Anila (Bayu) = angin
4) Agni = api
5) Pretiwi = tanah
6) Apah (Toya) = air
7) Akasa = langit
8) Atma (Sany Hyang Dharma)
9) Yama (Sabda) = suara
10) Ahas (rahina ) = siang
11) Ratri (Wengi) = malam
12) Sandhya (Senja) = sore
13) Dwaya (Semeng) = pagi.

Tri Guru

Tiga guru dalam hal ini dimaksudkan ada tiga komponen selaku pendidik, yaitu :
1) Guru Rupaka = Orang tua (ayah dan ibu)
2) Guru pengajian = para pendidik/guru
3) Guru Wisesa = pemerintah

Tri Guna :

Tiga dasar sifat manusia, yaitu :
1) Sattwam = Adil dan bijaksana
2) Rajah = Aktif dan dinamis
3) Tamah = Malas dan lamban

Tri Kahyangan :

Tiga tempat suci. Di masing-masing Desa umat Hindu di bali terdapat Tri Kahyangan, yaitu :

1) Pura Puseh = Tempat memuja Dewa Wiushnu manfvestasi Ida Sanghyang Widhi sebagai pemelihara (Sthiti)
2) Pura Desa/Baleagung = Tempat memuja Dewa Brahma, manifestasi Ida Sanghyang Widhi, sebagai pencipta (Utpati).
3) Pura Dalem = Tempat memuja Dewa Śiwa sebagai pelebur (Pralina).

Tri Kona :
·         Lukisan segi tiga,
·         lambing siklus Utpati,
·         Stiti dan Pralina.
Tri Kerukunan Beragama :

Tiga kerukunan beragama yang harus ditaati oleh penganut agama, yaitu :
1) Kerukunan inter umat beragama
2) Kerukunan antar umat beragama
3) Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.

Tri Loka :

Tiga lapis alam, yaitu :
1) Bhuh Loka = Alam Manusia
2) Bhwah Loka = Alam Pitara
3) Swah Loka = Alam Dewa-dewa

Tri Murti :

Tiga perwujudan/kekuatan merupakan manifestasi Ida Sanghyang Widhi.
1) Brahma = Pencipta
2) Wishnu = Pemelihara
3) Śiwa = Pelebur/Pemrelina

Tri Mala Paksa :

Tiga hal tercela :
1) Pikiran kotor
2) Kata-kata buruk
3) Perbuatan jahat

Tri Mandala :

Tiga wilayah. Maksudnya setiap pekarangan perumahan dibagi tiga wilayah, yaitu :

1) Utama Mandala = Di wilayah ini dibangun bangunan suci, misalnya Pemerajan atau Sanggsh.
2) Madya mandala = Di wilah ini tempat penghunian keluarga.
3) Nista mandala = Di wilayah ini dibangun kandang ternak dan lain-lain.



Tri Nayaka :

Tiga jenis olahan pelengkap upakara Caru, yaitu :

1) Sate lembat, bahannya daging, kelapa diparut diisi bumbu lalu dipanggang.
2) Sate asem, bahannya isi perut ayam yang digunakan, setelah dipotong-potong lalu ditusuk kemudian digoreng.
3) Calon dibuat dari daging hewan yang digunakan caru setelah dilumatkan kemudian disi bumbu, dibentuk bulat-bulat seperti kelereng lalu digoreng.

Tri Nadi :

Tiga saluran yang terdapat dalam tubuh kita, yaitu :
1) Saluran/jalan makanan
2) Saluran/jalan nafas
3) Saluran/jalan air

Tri Semaya :

Tiga kurun waktu yang biasa dipergunakan untuk menilai keadaan/situasi sehingga tercapai kesimpulan, yaitu :
1) Atita = Kurun waktu yang lampau
2) Anagata = Kurun waktu yang akan datang
3) Warthamana = Kurun waktu yang sekarang.

Tri Parartha :

Tiga tata cara dalam mencapai tujuan hidup, terutama tri bhoga, agar mendapat restu daru Tuhan, yaitu ;
1) Asih = Sayang sesama mahluk hidup seperti menyayangi diri sendiri.
2) Punia = Memberikan dana dengan tulus ikhlas kepada orang lain yang memerlukan.
3) Bhakti = Cinta kasih dan sujud bhakti kepada Ida Sanghyang Widhi dengan melakukan sembahyang.

Tri Pramana :

Tiga cara untuk memperoleh pengetahuan, antara lain :
1) Agama pramana = Percaya didasarkan keterangan para orang suci.
2) Anumana Pramana = Percaya dengan menarik kesimpulan dari adanya tanda-tanda.
3) Pratyaksa Paramana = Percaya berdasarkan kenyataan.
Tri Pramana :

Tiga ukuran/pedoman, untuk memberikan penilaian keserasian
1) Desa = Tempat
2) Kala = Waktu
3) Patra = Keadaan/situasi/tulisan.

Tri Pramana :

Tiga tenaga/kekuatan
1) Bayu = Kekuatan yang dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan.
2) Sabda = Suara . Bayu dan Sabda, kekuatan dimiliki oleh binatan.
3) Idep = pikiran. Bayu, Sabda dan Idep, kekuatan yang dimiliki oleh manusia.
Tri Pramana :

Tiga ukuran/perhitungan/persyaratan, untuk menangani suatu masalah, misalnya :
1) Bukti = berupa barang dapat dilihat
2) Saksi = orang melihat secara langsung
3) Ilikhita = berupa transaksi.

Tri Purusa :

Ida Sanghyang Widhi dalam tiga keadaan dan dalam masing-masing keadaan Beliau mempunyai nama yaitu :

1) Parama Śiwa = Ida Sanghyang Widhi dalam keadaan tenang tanpa aktivitas, tidak kena pengaruh maya.
2) Sada Śiwa = Ida Sanghyang Widhi mulai berfungsi, sehingga kena imbas maya, tetapi masih suci murni.
3) Śiwa = Ida Sanghyang Widhi lebih aktif lagi, sehingga lebih banyak kena dipengaruhi maya dan kena pengaruh lupa.

Tri Purusha Artha :

Tiga unsur yang am,at penting yang harus dimiliki setiap orang sebagai landasan mencapai tujuan hidup.
1) Dharma = Ilmu kesucian
2) Artha = Harta benda/kekayaan
3) Kama = Kesenangan.

Tri Rna :

Tiga jenis hutang. Menurut kepercayaan, manusia lahir mempunyai hutang terhadap :
1) Dewa Rna = Hutang jiwa terhadap Ida Sanghyang Widhi.
2) Pitra Rna = Hutang jasa kepada leluhur.
3) Rsi Rna = Hutang Ilmu Pengetahuan kepada para Rsi/pendidik.

Tri Sakti :

Tiga Kekuatan (Kekuatan Tuhan).
1) Utpati = Kekuatan Tuhan menciptakan segala isi alam baik yang nyata maupun yang tidak nyata.
2) Sthiti = Kekuatan Tuhan memelihara semua ciptaanNya.
3) Pralina = Kekuatan Tuha melebur/memusnahkan semua ciptaanNya,
Tri Sandhya :

Sembahyang tiga kali dalam sehari, yaitu :
1) Pagi waktu matahari terbit.
2) Tengah hari waktu matahari tepat di atas kepala.
3) Senja hari waktu matahari menjelang terbenam.

Tri Sula :

Nama senjata mempunyai tiga sudut, dan di masing-masing ujungnya ada bagian yang runcing, dimiliki Bhatara Shambu yang menjaga alam di Timur Laut.

Tri Agni :

Tiga macam api ditinjau dari fungsinya, yaitu :
1) Ahawaniyagni = Api untuk memasak di dapur.
2) Grahaspatyagni = Api yang dipergunakan waktu upacara perkawinan sebagai saksi.
3) Citagni/Daksinagni = Api yang digunakan untuk membakar mayat.

Tri SaBHdaka :

Tiga Pandita. Dimaksudkan tiga Pandita yang berasal dari tiga golongan/warna, yaitu:
1) Pandita Śiwa
2) Pandita Budha
3) Pandita Sengguhu/Bujangga Waisnawa

Tri Pitaka :

Nama kitab suci Agama Budha, ditulis dalam jaman Asoka, kira-kira 2500 tahun yang lalu.

Tri Ratna :

Tiga Lembaga Utama. Dalam Ilmu Negara Hindu, terdapat tiga lembaga utama, yakni:
1) Sapta Prabhu = Badan Legislatif
2) Sapta mantra = Badan Ekskutif.
3) Sapta Upati = Badan Yudikatif.
Tri Tunggal :

Tiga buah huruf suci merupakan perlambang, terdiri dari A – U – M, kemudian dipadukan menjadi AUM diucapkan OM yang mengandung arti Tuhan Yang Maha Esa.

1) A = Mengkhiaskan materi asli atau prakerti.
2) AU = Mengkhiaskan Jiwa Individual.
3) AUM = Mengkhiaskan Diri Tertinggi yaitu Brahman.

Trijata :

Putri sang Wibhisana yang mengawal Dewi Sita waktu berada di Lengka. Trijata juga merupakan semacam tumbuh-tumbuhan.

Triwikrama :

Wishnu sebagai penguasa tiga dunia.

Tri Dhrti :

Tiga macam ketetapan. Dengan melatih yoga, melalui :

1) Sattwika Dhrti = Orang yang dapat menguasai budhi, nafas vital, fungsi alat-alat pengamatan dan aksi. Dhrti itu tak pernah menyimpang dari objeknya.
2) Rajasa Dhrti = Adalah yang membantu seseorang untuk mencapai Dharma, Artha, dan Kama, yaitu pemuasan keinginan dan kekayaan.
3) Tamasa Dhrti = Adalah yang mengantar pada impian, ketakutan, kesedihan, perasaan kegagalan dan kemabukan.

Trijati :

Lahir tiga kali, yaitu :
1) Ekajati = Lahirnya seseorang dari rahim sang ibu. (Walaka) yang dianggap sama dengan sudra.
2) Dwijati = seorang Walaka yang sudah diupacarai yang disebut Upayana, lalu ia dikenal sebagai Brahmacari. Setelah memenuhi syarat lagi diberi uapacara Samawartana.
3) Trijati = Orang yang sudah didiksa, setelah melaksanakan Nirwrti marga atau Prawrti Marga, agar Diksa menjadi sempurna. Gelar yang diperoleh ialah krtta Diksita.

Tri Upaya Sandhi :

Seorang raja harus memiliki 3 upaya untuk menghubungkan dirinya dengan rakyat, yaitu :

1) Rupa = Seorang Raja harus mengamati wajah rakyatnya, karena roman muka dapat menggambarkan keadaan batin, apakah ia sedang bahagia atau sedang kesusahan.
2) Wangsa = Raja harus mengetahui susunan masyarakat (stratifikasi social) karena hal tersebut akan memudahkan dirinya menentukan system pendekatan kepada rakyatnya.
3) Guna = Raja harus mengetahui tingkat pengertian, pengetahuan dan keterampilan (akal) anggota masyarakatnya.

Tri Sakti :

Ada tiga sifat dari Tri Sakti, masing-masing sebagai berikut :

1) Sakti Dharma, ialah yang ditimbulkan guna Sattwam, berupa ketenangan, kesabaran, keadilan, dan memiliki pri kemanusiaan.
2) Sakti Kama, ialah pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna Rajas, berupa gerak lincah penuh emosi dan dapat mengantar orang ke puncak kesuksesan.
3) Sakti Artha, ialah pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna Tamas, berupa gerak lamban, ingin enaknya saja.

Tri Sinanggah Tua :

Ada tiga anggapan sebagai orang yang dituakan, yaitu :
1) Dianggap tua karena pepernahan (ditinjau dari hubungan keluarga)
2) Dianggap tua karena umur.
3) Dianggap tua karena pengetahuan dan kedudukan.


Tri Sadana :

Ada tiga macam pemberian pertolongan, yaitu :
1) Artha dana = pemberian berupa material
2) Brahma dana = pemberian berupa pengetahuan, seperti nasihat-nasihat.
3) Bayu dana = pemberian bantuan berupa tenaga.

Tri Mala :

Tiga hal yang dianggap kurang baik misalnya :
1) Kayangan = Tidak percaya dengan orang kerawuhan (kesurupan).
2) Ketayan = Tidak percaya, selain yang diketahui. Bahasa Bali : mulaketo, suba nami = memang begitu, sudah merupakan warisan.
3) Kwmayan = tidak percaya dengan impian.

Tri Mala :

Tiga hal yang dianggap kurang baik, karena menimbulkan penderitaan, yaitu :
1) Artha = Harta benda/materi juga bisa menimbulkan penderitaan.
2) Kama = Kesenangan yang berlebihan juga bisa menimbulkan penderitaan.
3) Sabda = Kata-kata pun bila kurang dikendalikan bisa juga menimbulkan penderitaan
Dewi Tri Purusa :

Ada tiga sumber sakti yang merupakan manifestasi Ida Sanghyang Widhi yang menguasai dan mengatur :

1) Dewi Saraswati yang menguasai dan mengatur Ilmu Pengetahuan untuk pemenuhan jiwa.
2) Bhatari Sri yang menguasai dan mengatur sandang dan pangan untuk pemenuhan jasmani/fisik.
3) Bhatari Sadhana, yang menguasai dan mengatur sandang, papan untuk pemenuhan jasmani/fisik.

Trikaya Paramatha :

Ada tiga kekuatan untuk mengalahkan Sadripu (Sadwarga), yaitu :
1) Kayika = Perbuatan yang baik/terpuji.
2) Manacika = Pikiran suci.
3) Wacika = kata-kata yang benar.


Tri Sarira :

Ada tiga badan yang dianggap orang tua/ayah, yaitu :
1) Śarirakrt = yang mengadakan.
2) Pranadata = Yang memberi jiwa.
3) Annadata = Yang memberi makan minum (yang memelihara).

Tri Hetu :

Tiga penyebab. Segala sesuatu yang kita kenal melalui indriya selalu berdasarkan sebab-sebab (hetu-hetu) yaitu :

1) Upadana –karana = Adalah sebab-sebab material, misalnya : sebabnya ada kain ialah disebabkan adanya benang; benang disebabkab adanya kapas, dan seterusnya. Akhirnya sapai pada apa yang tidak disebabkan oleh apapun. Dan itulah Tuhan.

2) Asamavayi-karana = Adanya sebab formil misalnya : Sebabnya ada kain ialah benang – benang; benang disebabkan adanya pintalan kapas dan seterusnya. Akhirnya sampai pada yang tidak disebabkan oleh apapun. Timbullah kesimpulan (anumana) adanya Tuhan.

3) Nimitta-karana = Adalah sebab efektif (instrumental), misalnya : sebab adanya kain, disebabkan oleh tenunan dari alat-alat tenun. Alat-alat tenun dapat bekerja disebabkan oleh gerakan mesin-mesin (manusia) dan seterusnya. Sebab alat-alat pokok yang disebabkanm oleh apapun menimbulkan kesimpulan (anumana) adanya Tuhan.

Tri Manggala Yadnya :

Ada tiga komponen penting yang menentukan sukses tidaknya suatu yadnya yaitu :
1) Sadaka = Pendeta atau pemangku yang akan memimpin/melaksanakan upacara.
2) Mancagra = srati yang membuat banten upacara.
3) Yajamana = yang memiliki yadnya.

Tri Wara :

Hari pasaran terdiri dari tiga hari, yaitu :
1) Pasah = Dora, Dewanya Sanghyang Cika, Urip/Neptu (9)
2) Beteng = Wahya. Dewanya sanghyang Wacika. Urip/Neptu (4)
3) Kajeng = Biyantara. Dewanya Sanghyang Manacika. Urip/Neptu (7).


Sadana
Pengendalian diri, pikiran, perkataan, perbuatan yangdilakukan setiap hari dengan cara berjapa, berdoa, bermeditasi, berbakti, terutama mengendalikan diri pada pikiran yang harus dilakukan sesuai dengan petunjuk ajaran agama.
1.      Srawanam : mendengarkan cerita cerita suci tentang kegiatan tuhan / manifestasinya ( ramayana, mana brata = iti hasa / epos ).
2.      Kirtanam : dengan menyanyikan kemulyaan tuhan ( dharma gita).
3.      Smaranam : merenungkan nama nama suci tuhan ( om nama sivaya).
4.      Padasewanam : memuja tuhan di kaki tuhan ( brahman ), ( sembahyang ).
5.      Wandanam : dengan mendengarkan dharma wacana ( dharma wacana )
6.      Archanam : dengan media / acara acara ( patung ).
7.      Dasyanam : seperti majikan dan abdinya sangat dekat ( pajikan dan abdi ).
8.      Satyanam : seperti bersahabat ( teman akrab ).
9.      Atmanivadadnam : pasrah diri memoersembahkan diri secara tulus iklas ( pasrah ).
Perbedaan dewa, batara, awatara
·         Dewa : sinar suci tuhan
·         Batara : manifestasi tuhan
·         Awatara : turunnya ida sang hyang widhi sebagai
Panca sradha
5 keyakinan umat hindu
  • Percaya dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi (Widhi Sradha)
  • Percaya dengan adanya Atma (Atma Sradha)
  • Percaya dengan adanya Karma Phala (Karmaphala Sradha)
  • Percaya dengan adanya Punarbhawa atau Samsara (Punarbhawa Sradha)
  • Percaya dengan adanya Moksa (Moksa Sradha)
Widhi Sradha
Ajaran Widhi Sradha juga dapat diterapkan dalam ajaran Cadhu Sakti. Sang Hyang Widhi mempunyai empat sifat ke-Mahakuasaan yang disebut Cadhu Sakti yang terdiri dari :
1. Wibhu Sakti yaitu sifat Yang Maha Ada
2. Prabhu Sakti yaitu sifat Yang Maha Kuasa
3. Jnana Sakti yaitu sifat Yang Maha Tahu
4. Krya Sakti yaitu sifat Yang Maha Karya
Atma Sradha
·         Manusia : jiwatman  ( tri pramana )
·         Hewan : janggama  ( dwi pramana )
·         Tumbuhan : sthawara  ( eka pramana )
4 syarat membunuh :
·         Untuk yajna
·         Untuk tamu ( atthi puja )
·         Untuk dimakamkan
·         Karena mengganggu
Karma Phala Sradha
Pembagian Karma Phala :
1. Sancita Karma Phala yaitu phala dari perbuatan kita yang terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih-benih yang menentukan kehidupan kita yang sekarang
2. Prarabda Karma Phala yaitu phala dari perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya
3. Kriyamana Karma Phala yaitu hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang
Punarbhawa Sradha
Punarbhawa Sradha adalah keyakinan tentang kebenaran adanya kelahiran yang berulang-ulang. Ditinjau dari katanya punar berarti musnah atau hilang, sedangkan bhawa berarti tumbuh atau lahir jadi punarbhawa berarti lahir berulang-ulang/reinkarnasi/penitisan kembali/ samsara.
Moksa Sradha
Moksa Sradha adalah keyakinan tentang kebenaran adanya moksa. Moksa berasal dari bahasa Sansekerta  yaitu muks yang artinya bebas dari ikatan duniawi dimana jiwatman telah bebas dari siklus kelahiran dan kematian. Moksa inilah yang menjadi tujuan terakhir bagi umat Hindu. Moksa dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu :


  1. Samipya : suatu kebebasan yang dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia
  2. Sarupya (Sadharmya) : suatu kebebasan yang di dapat oleh sesesorang di dunia ini, karena kelahirannya, dimana kedududkan Atman merupakan suatu pancaran dari ke-Maha Kuasaan Tuhan
  3. Salokya : suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh Atman, di mana Atman itu sendiri telah mencapai kesadaran yang sama dengan Tuhan.
  4. Sayujya : suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi, di mana Atman telah benar-benar bersatu dengan Brahman
Istilah lain yang digunakan untuk mendefinisikan tingkatan moksa yaitu:
  1. Jiwa Mukti : suatu kebebasan yang dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia,dimana atman tidak terpengaruh lagi oleh unsur-unsur maya. Jiwa mukti sama sifatnya dengan samipya dan sarupya.
  2. Wideha Mukti (karma mukti) : suatu kebebasan yang dapat dicapai semasa hidup, dimana Atman telah dapat meninggalkan badan kasar, dan kesadarannya setaraf dengan Dewa, tetapi belum benar-benar bersatu dengan Tuhan karena masih ada sedikit imbas dari unsur maya yang mengikatnya. Wideha Mukti sama sifatnya dengan Salokya
  3. Purna Mukti : kebebasan yang paling sempurna dan yang paling tertinggi, dimana Atman telah bersatu dengan Tuhan. Purna Mukti sama dengan Sayujya.
Bhakti Marga
Bhakti marga adalah suatu cara atau jalan untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi , beserta manifestasinya, dengan cara sujud bhakti, menyucikan pikiran,  mengagungkan kebesaran-Nya dan menghindari diri dari segala perbuatan tercela. Bhakti dibagi atas dua tingkat, yaitu :
a. Apara bhakti :
Apara bhakti ialah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan ipraktekkan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kesucian yang tinggi .
b. Para bhakti
Para bhakti ialah cinta kasih dalam perwujudannya yang lebih tinggi dan bisa dipraktekkan oleh orang yang jnananya tinggi dan kesuciannya sudah meningkat .
Karma Marga
Karma marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan cara pengabdian atau kerja tanpa pamrih
Jnana Marga
Jnana marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan ilmu pengetahuan, unsur kebijaksanaan sangat ditekankan dalam ajaran ini.
Raja marga
Raja marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan jalan melakukan tahapan-tahapan astangga yoga yang intinya adalah pengendalian diri dan pikiran secara berkelanjutan. Delapan tahapan yang harus dilalui dalam melakukan yoga/meditasi yang diajarkan oleh Bhagawan Patanjali yang lebih dikenal Astangga Yoga terdiri dari :
  • Yama         : pengendalian diri tahap pertama
  • Nyama       : pengendalian diri tahap lanjut
  • Asana        : mengatur sikap badan
  • Pranayama  : sikap mengatur nafas
  • Pratyahara   : sikap pemusatan indria
  • Dharana     : sikap pemusatan pikiran
  • Dhyana      : sikap pemusatan pikiran yang terpusat
  • Semadi       : meditasi tahap tinggi/penunggalan Atman dengan   Brahman
Moksa juga dapat dibedakan lagi menjadi tiga jenis, menurut kebebasan yang dicapai oleh Atma yakni :
  1. Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh seseorang tetapi masih meninggalkan bekas berupa badan kasar
  2. Adi moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh seseorang dengan meninggalkan bekas berupa abu
  3. Parama moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh seseorang tanpa meninggalkan bekas

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2011 TickTackTue. Design by Wordpress Themes.

Themes Lovers, Download Blogger Templates And Blogger Templates.
Desing Downloaded From Free Blogger Templates | Free Website Templates | Free PSD Graphics